Minggu, 14 Agustus 2011

Kawasan Pesisir Paling Rentan Bencana di Indonesia

Kawasan Pesisir Paling Rentan Bencana di Indonesia
Firman Hidayat | The Globe Journal | Jum`at, 12 Agustus 2011

Banda Aceh — Sedikitnya 84 persen kawasan Indonesia adalah kawasan yang paling rentan terjadinya bencana. Setidaknya 80 persen paling banyak terjadi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, baik dalam bentuk banjir, abrasi dan tsunami.

Demikian dikatakan oleh Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) dari Jakarta, M. Riza Damanik ketika menjadi keynote speaker Diskusi Lingkungan Hidup dengan tema “Bencana Ekologis dan Kaitannya dengan Kerusakan Lingkungan.”

Ketua Walhi Aceh, TM. Zulfikar sebagai moderator dengan menghadirkan tiga nara sumber yaitu Sekjen KIARA, Riza Damanik, Manager Desk Bencana Eksekutif Walhi Nasional, Irhash Ahmady dan Manager Kampanye Pesisir Laut Walhi Nasional, Mukri Friatna. Kegiatan diskusi ini dilanjutkan acara buka puasa bersama di Restorant Lamnyong, Jum’at (12/8) di Banda Aceh. Para pimpinan organisasi masyarakat sipil yang peduli lingkungan juga diundang hadir mengikuti diskusi tersebut.

Riza Damanik menjelaskan bahwa 60 persen masyarakat Indonesia ini berada di kawasan pesisir dan sedang dihadapkan dengan bencana ekologis yang tinggi seperti banjir, abrasi bahkan juga tsunami. Pada Maret hingga April 2011, setidaknya ada 600 Kepala Keluarga di pulau-pulau kecil berhenti melaut akibat tingginya gelombang atau bencana cuaca ekstrim dan frekwensinya semakin rapat. Indikasi rentan pesisir cukup tinggi sedangkan respon yang diberikan negara sangat minim.

Sementara itu Manager Kampanye Pesisir Laut Walhi Nasional, Mukri Friatna melontarkan hal yang sama. Menurutnya jumlah kemiskinan di Negara Indonesia pada tahun 2010 lalu sudah mencapai angka 34 juta jiwa dari total 237 juta penduduknya. Tahun 2011 ini jumlahnya menurun satu juta yakni 33 juta jumlah penduduk miskin di Indonesia. Dia memperkirakan isu pesisir saja sudah meraup angka 40 persen jumlah penduduk miskin, kemudian 40 persen lagi penduduk miskin yang berada di kawasan hutan.

“Jika kerusakan lingkungan terus terjadi sehingga menimbulkan bencana ekologi, bisa dipastikan angka kemiskinan akan terus meningkat,” kata Mukri. Hal tersebut terjadi akibat bencana ekologi seperti banjir dan longsor yang bisa menyebabkan kerusakan mata pencaharian rakyat.

Pembabatan hutan juga merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya ratusan kali bencana alam. Kawasan hutan tidak mampu lagi menampung debit air hujan. Jika hal ini terus saja dibiarkan, sudah pasti rakyat akan terus menjadi sengsara karena bencana alam itu terjadi akibat ulah manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar