MedanBisnis - Banda Aceh. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, Selasa (1/5) melatih 25 calon aktivis lingkungan di Aula PKBI Banda Aceh. Pelatihan ini dalam rangka membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada masa yang akan datang.
Sebanyak 25 calon aktivis lingkungan yang bergabung dalam Sahabat Walhi (Sawa) ini mendapat pelatihan selama tiga hari. Ketua Panitia, M Nur mengatakan pelatihan diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Aceh seperti Universitas Syiah Kuala, Universitas Serambi Mekkah, Universitas Muhammadiyah dan Universitas Abulyatama.
Narasumber dan fasilitator yang disiapkan mempunyai kompetensi di bidangnya, antara lain TM Zulfikar (teori-teori pembangunan/paradigma pembangunan), Budi Arianto (sejarah organisasi Walhi/metamorphosis gerakkan Walhi), Dewa Gumay (politik SDA/ politik iklim dan perkembangannya), Evi Zain (dasar-dasar ilmu politik, hukum dan HAM), Roys Vahlefi (dasar-dasar manajemen organisasi/ kepemimpinan), dan Asri Wijayanti (manajemen bencana).
Dikatakan lagi, Walhi sebagai organisasi non pemerintah bersama publik terus melakukan pengawalan lingkungan bersama-sama. “Kami melihat dinamika perubahan saat ini, dimana masih ada kelompok pasif, artinya kurang aktif dalam gerakan penyelamatan lingkungan hidup,”sebut M Nur.
Menurutnya, itu disebabkan pengaruh gaya hidup yang cenderung serba praktis, wajar kemudian tingkat kesadaran publik terutama kaum muda terhadap lingkungan tidak begitu berdampak pada perubahan kebijakan.
“Apalagi selama ini advokasi yang dilakukan Walhi memiliki keterbatasan sumberdaya manusia, dengan luasnya Aceh tidak mungkin pengawalan terus dilakukan Walhi semata,” imbuhnya.
Untuk itu, sangat dibutuhkan sinergi semua pihak terutama kaum muda untuk dapat bersama-sama mendorong maupun pengawalan terhadap penyelamatan lingkungan. “Kita harapkan pelatihan ini dapat melahirkan sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai generasi penerus di bidang lingkungan,” demikian kata M Nur. (dedi irawan)
Narasumber dan fasilitator yang disiapkan mempunyai kompetensi di bidangnya, antara lain TM Zulfikar (teori-teori pembangunan/paradigma pembangunan), Budi Arianto (sejarah organisasi Walhi/metamorphosis gerakkan Walhi), Dewa Gumay (politik SDA/ politik iklim dan perkembangannya), Evi Zain (dasar-dasar ilmu politik, hukum dan HAM), Roys Vahlefi (dasar-dasar manajemen organisasi/ kepemimpinan), dan Asri Wijayanti (manajemen bencana).
Dikatakan lagi, Walhi sebagai organisasi non pemerintah bersama publik terus melakukan pengawalan lingkungan bersama-sama. “Kami melihat dinamika perubahan saat ini, dimana masih ada kelompok pasif, artinya kurang aktif dalam gerakan penyelamatan lingkungan hidup,”sebut M Nur.
Menurutnya, itu disebabkan pengaruh gaya hidup yang cenderung serba praktis, wajar kemudian tingkat kesadaran publik terutama kaum muda terhadap lingkungan tidak begitu berdampak pada perubahan kebijakan.
“Apalagi selama ini advokasi yang dilakukan Walhi memiliki keterbatasan sumberdaya manusia, dengan luasnya Aceh tidak mungkin pengawalan terus dilakukan Walhi semata,” imbuhnya.
Untuk itu, sangat dibutuhkan sinergi semua pihak terutama kaum muda untuk dapat bersama-sama mendorong maupun pengawalan terhadap penyelamatan lingkungan. “Kita harapkan pelatihan ini dapat melahirkan sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai generasi penerus di bidang lingkungan,” demikian kata M Nur. (dedi irawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar