Aceh - Hari ini Pkl. 00:31 WIB
Banda Aceh, (Analisa). Persatuan Wartawan Indonesia dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (PWI-Walhi) menggelar lokakarya penyelamatan dan perlindungan hutan rawa gambut di Provinsi Aceh.
Lokakarya ini dilakukan untuk membentuk persamaan persepsi dan aksi dalam rangka advokasi serta upaya penyelamatan dan perlindungan hutan rawa gambut di Aceh.Ketua PWI Cabang Aceh Tarmilin Usman mengungkapkan, lokakarya yang akan diikuti sedikitnya 150 peserta dari elemen sipil, aparatur pemerintah dan pemerhati lingkungan serta para wartawan media cetak dan elektronik di Aceh berlangsung pada 2 Februari 2012 di Banda Aceh.
Dijelaskan, lokakarya sehari sebagai rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) ke-66 itu juga diharapkan terbentuknya hubungan kerja sinergis dan konstruktif antarkomponen dan lembaga terkait, terutama insan pers dan CSO di provinsi ujung barat Indonesia ini.
"Kami juga berharap dari lokakarya itu dapat menggali dan mencari jalan keluar bersama terhadap permasalah yang ada terkait perlindungan hutan rawa gambut dan lingkungan hidup," ujar Tarmilin Usman, Sabtu (28/1).
Lokakarya sehari itu akan menghadirkan sejumlah narasumber antara lain Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar sebagai pembicara kunci, pejabat pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh, perwakilan legislatif (DPRA) dan aktivis lingkungan hidup.
Menurut Tarmilin, sebagai insan pers juga memiliki peran penting dalam mengawal dan mengkampanyekan isu-isu kerusakan hutan dan lingkungan hidup khususnya di Aceh, terutama terkait dengan upaya penyelamatan rawa gambut di daerah ini.
3,25 Juta Hektar
Direktur eksekutif Walhi Aceh TM Zulfikar menjelaskan, provinsi ini mempunyai hutan tropis seluas 3,25 juta hektar dan diperkirakan memiliki kandungan karbon sebesar 415 juta ton. Secara tidak langsung, pemerintah provinsi dan kabupaten dan kota di Aceh merespons solusi degradasi hutan melalui perdagangan karbon.
"Dari peluang itu maka Aceh dengan otoritas khusus (UUPA) membuka peluang untuk menyatakan bahwa secara legislasi Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) tidak boleh lagi dieksploitasi," ungkap TM Zulfikar.
Dipihak lain, tambahnya, luas hutan Aceh banyak menyusut akibat gerusan perkebunan kelapa sawit di sejumlah kabupaten di provinsi ini. Karenanya penggerusan hutan menjadi perkebunan yang paling memprihatinkan terjadi di kawasan rawa Tripa di kawasan pantai barat Pulau Sumatera perlu perhatian semua pihak. "Melalui lokakarya ini kami harapkan adanya aksi bersama bagi penyelamatan hutan rawa gambut di Aceh," kata TM Zulfikar.
Dia menambahkan, pers dinilai memiliki fungsi strategis dalam mengkampanyekan upaya penyelamatan lingkungan hidup khususnya di kawasan rawa gambut atau rawa Tripa.(irn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar