Walhi: Kerugian Akibat Banjir Capai 2 Triliun Rupiah
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dampak kerugian banjir dan longsor cukup menguras Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Aceh (APBA). Banjir pada tahun 1996 menimbulkan kerugian Rp 174 miliar, tahun 2000 kerugian akibat banjir menembus angka Rp 800 miliar.
Pada tahun 2006 kerugian akibat bencana banjir Tamiang mencapai Rp 2 triliun, jika dibandingkan dengan pendapatan akumulasi dari sektor kehutanan terhadap PDRB Aceh selama tahun 1993-2001 hanya sekitar Rp 362 milyar atau rata-rata sekitar Rp 45 miliar per tahun.
Anggaran APBA tahun 2007 sebesar kurang lebih Rp 19 triliun, termasuk anggaran rekonstruksi Rp 9,7 triliun, maka anggaran bersih yang diterima Pemerintah Aceh kurang lebih Rp 10 triliun, jika kemudian harus menutupi tekor banjir tamiang Rp 2 triliun, artinya 20% anggaran Aceh tahun 2007 praktis hanya digunakan untuk recovery banjir dan longsor.
Hal itu diungkap pada diskusi memperingati hari jadi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) oleh Eksekutif Daerah Aceh di Aula Kantor LSM PUGAR Aceh, Selasa 11 Oktober 2011. Acara tersebut dihadiri Muhammad Hamzah sebagai nara sumber dari kalangan Jurnalis dan Nabhani AS dari budayawan yang melihat pengelolaan lingkungan dalam aspek muatan lokal serta nara sumber lain dari kalangan aktivis lingkungan.
Acara yang difasilitasi oleh Ir Zulhanuddin Hsb juga dihadiri oleh kalangan akademisi dari Kampus STIK Pante Kulu, pimpinan lembaga dan aktivis lingkungan serta kelompok masyarakat sipil dari berbagai LSM di Aceh.
Dalam diskusi bertema “Pulihkan Aceh, Utamakan Keselamatan Rakyat” tersebut peserta menyorot betapa buruknya pengelolaan sumber daya alam di Aceh dan sama sekali tidak mengindahkan aspek keberlanjutan dari pemanfaatan SDA tersebut. Yang paling dirugikan dalam pengelolaan SDA di Aceh adalah masyarakat secara umum dan pemerintah sepertinya menikmati hal itu terjadi tanpa menghiraukan protes dari masyarakat dan kalangan LSM.
Dalam diskusi diungkap juga bahwa hutan Aceh berada pada posisi yang cukup mengkhawatirkan, setiap harinya kita kehilangan hutan dua kali lipat luas lapangan sepakbola atau setara 20.796 per tahunnya, laju kerusakan ini salah satunya dipicu oleh aktivitas illegal logging yang terus terjadi, tahun 2006 tertangkap 120.209,50 meter kubik kayu sitaan dari hasil illegal logging, angka ini mengalami kenaikan empat kali lipat dari tahun sebelumnya sekitar 33.249,25 meter kubik. Padahal angka kayu sitaan tersebut jika ditaksir hanya sekitar 2% dari total tebangan ilegal yang terjadi di hutan Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar