Aceh - Hari ini Pkl. 00:59 WIB |
| Jantho,(Analisa). Masyarakat Aceh Besar terutama dikawasan pengerukan Galian C semakin terancam kesehatan dan keselamatan jiwa mereka. Hal ini sehubungan, masih maraknya Galian C di kawasan Aceh Besar yang tak mampu ditertibkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat. Melihat kondisi ini masyarakat di kawasan Galian C ber sama Walhi Aceh mendesak Pemkab setempat untuk memindahkan lokasi galian C yang tidak di kawasan perkampungan penduduk. Sebab masyarakat punya hak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat, bersih dan layak untuk kehidupan. "Negara wajib melindungi masyarakat, bukan malah melindungi pengusaha," ujar Direktur Eksekutif WALHI Aceh, T. Muhammad Zulfikar dalam pertemuan dengan Pemkab Aceh Besar pada rapat pembahasan kasus Galian C Biluy yang berlangsung Kamis (26/1) di Kantor Bupati Aceh Besar. Rapat tersebut dipimpin Sekdakab Aceh Besar, Drs Zulkifli Ahmad dan dihadiri para asisten, kepala SKPD di lingkungan Pemkab Aceh Besar. Masyarakat Biluy yang terkena dampak negatif dari aktivitas Galian C juga turut hadir. Menurut TM Zulfikar, jika lingkungan tersebut telah dirusak dengan sengaja oleh segelintir orang, maka masyarakat tidak perlu takut untuk mengajukan tuntutan pidana. WALHI Aceh juga meminta kepada Pemkab Aceh Besar agar mempidanakan para perusak lingkungan penambang galian C sesuai dengan harapan masyarakat. TM Zulfikar lebih lanjut menyampaikan sesuai dengan UUD 1945, yang menjadi pegangan bagi seluruh bangsa Indonesia, negara wajib melindungi rakyatnya. Negara wajib menjaga agar masyarakat tidak terganggu kehidupannya. "Bagaimana peran negara dalam melindungi rakyat, jangan sampai konflik-konflik lingkungan yang terjadi di luar Aceh seperti di Bima dan Mesuji terjadi di Aceh," ujar TM Zulfikar semabari menambahkan Walhi Aceh meminta Pem kab Aceh Besar mempidanakan para pengusaha galian C liar karena mereka telah merusak lingkungan dan menyengsarakan masyarakat. TM Zulfikar menyampaikan, bahwa gugatan pidana terhadap perusak lingkungan di mungkinkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam Undang-undang tersebut dikatakan Pemerintah kabupaten/kota bertugas dan berwenang melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota. Dalam hal ini, masyarakat bisa melakukan gugatan pidana dimana masyarakat yang memperjuangkan hak-hak lingkungan tidak bisa dituntut. Dimana, asal 66 UU No. 32 menyebutkan setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata. Kasus Galian C Biluy mencuat setelah Pemkab Aceh Besar, atas desakan dari masyarakat di Kemukiman Biluy, menutup aktivitas tambang tersebut. Penutupan didasari oleh lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Dampak negatif galian C ini sangat luar biasa. Lapisan tanah atas (top soil) yang sudah terbuka menyebabkan air mengalir cepat di permukaannya. Di musim hujan akan menyebabkan banjir dan tanah longsor, dimusim kemarau akan menyebabkan kekeringan karena tidak ada cadangan air yang tersimpan. Masyarakat telah kehilangan sumber air, mata air banyak yang sudah mengering. Selama ini banyak pihak hanya menghitung keuntungan ekonomi semata dari usaha galian C tanpa pernah menghitung kerugian yang ditimbulkan. Misalnya saja berapa hektar sawah mengering tak bisa di kerjakan, masyarakat yang jatuh sakit, jalanan yang hancur dan sebagainya. (irn) |
Jumat, 27 Januari 2012
Galian C Marak, Masyarakat Aceh Besar Terancam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar