Jumat, 27 Januari 2012

Kawasan Diterjang Banjir Di Sabang Normal Kembali

Kawasan Diterjang Banjir Di Sabang Normal Kembali

Banda Aceh, 28/12 (ANTARA) - Aktivitas masyarakat sejumlah desa yang diterjang banjir bandang di Kota Sabang, Provinsi Aceh, pada Senin (27/12), kini kembali normal meski beberapa warga masih mengungsi, kata Wakil Wali Kota Sabang Islamuddin.
"Alhamdulillah, situasinya sudah mulai normal dan tidak ada korban meninggal dunia akibat banjir bandang terburuk dalam beberapa tahun terakhir melanda daerah kami," katanya saat dihubungi dari Banda Aceh, Rabu.
Kota Sabang yang berjarak sekitar 14 mil laut dari pesisir pantai Banda Aceh itu salah satu wilayah kepulauan yang bertopografi daerahnya merupakan pegunungan di Provinsi Aceh.
Islamuddin menjelaskan bahwa banjir bandang itu mengakibatkan sebanyak 10 unit rumah penduduk rusak ringan. Sejumlah desa yang diterjang banjir bandang itu antara lain Desa Ie Meule, Balohan, Aneuek Laot, dan Pasiran.
Pemerintah telah menyalurkan bantuan untuk korban banjir bandang yang sebagian masih mengungsi di rumah-rumah penduduk atau tetangga mereka yang tidak terkena air bah itu, kata Wakil Wali Kota Sabang.
Sementara itu, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Teuku M Zulfikar menilai salah satu faktor penyebab banjir bandang di Kota Sabang tersebut karena aksi penggalian material batu gunung (galian C) yang tidak memperhatikan aspek lingkungan.
"Jauh-jauh hari kami telah mengingatkan pemerintah setempat untuk tidak semberangan memberi izin penggalian batu gunung di beberapa lokasi di Sabang, tapi hingga kini masih berlanjut. Salah satu akibat dari perusakan ekosistem itu adalah banjir bandang," kata dia.
Selain itu, banjir bandang tersebut karena dipicu tingginya curah hujan di wilayah kepulauan ujung paling barat Indonesia itu.
Zulfikar menyebutkan, banjir bandang juga pernah melanda beberapa desa di Sabang pada Januari 2006 yang mengakibatkan 325 unit rumah warga rusak, selain jalan dan jembatan.
"Aktivitas penambangan batu itu sejak 2002, dan hingga kini cukup marak. Seharusnya Pemkot Sabang segera menghentikannya karena dampak besar akan terus diterima masyarakat akibat galian C di daerah itu," katanya menjelaskan.
Pulau Weh Sabang itu sekitar 75 persen wilayahnya perbukitan dan pegunungan dengan batu vulkanik dan kemiringannya berkisar 40 derajat.
Kondisi topografi itu rentan terjadinya erosi dan jika galian-C terus dibiarkan, Zulfikar mengatakan, bencana yang akan terus terjadi.
Untuk itu, ia juga meminta Pemkot Sabang untuk melakukan langkah-langkah merehabilitasi kembali lereng-lereng tersebut serta jangan lagi dikeruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar