Rabu, 25 Juli 2012


Tak Mungkin Lagi Mencari Ikan (5)
Mohamad Burhanudin | Agus Mulyadi | Senin, 4 Juni 2012 | 10:31 WIB
Dibaca: 333
|
Share:
KOMPAS.com - Kehancuran dari hutan Rawa Gambut Tripa, telah memiliki konsekuensi langsung pada ketahanan pangan untuk komunitas lokal di pedesaan, khususnya akibat hilangnya ketersediaan ikan sebagai sumber protein penting masyarakat di daerah ini. Hal itu terjadi seiring dengan hilangnya berbagai limpahan hasil hutan lainnya.
Mencari ikan sekarang tidak mungkin lagi. Rawa sudah kering. - Ibduh
Ibduh, seorang warga yang mendiami kawasan Rawa Tripa sejak puluhan tahun silam, menuturkan hal itu. “Mencari ikan sekarang tidak mungkin lagi. Rawa sudah kering,” katanya.
Pembersihan dan pengeringan lahan gambut pun mengurangi kelembaban dan iklim lokal yang panas, yang tak lagi memberikan suhu, kelembaban, dan curah hujan optimum bagi pertanian di sekitar tanah yang bermineral. Hal ini akan mengurangi produktivitas pertanian, termasuk hasil minyak kelapa sawit di kompleks terdekat.
“Yang paling terkena dampak akibat ini adalah kami. Padi sulit tumbuh sekarang, termasuk palawija,” kata Suratman (45), warga Desa Sukarame, Kecamatan Darul Makmur, Tripa, Nagan Raya.
Pembabatan hutan dan kehancuran rawa secara drastis, mengurangi kapasitas penampungan air dari lahan gambut dan kemampuan untuk menyimpan dan mengatur arus air, sehingga meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir.
Kepala Bidang Kehutanan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Nagan Raya, Haryanti Nova, mengatakan, kerapuhan masyarakat lokal menghadapi bencana seperti tsunami juga meningkat. Efek menyerap ombak dari zona penyangga di hutan pesisir juga, hilang ketika pepohonan dibabat.
Permukaan dataran akan menurun sebagai hasil dari subsiden akibat oksidasi dari gambut yang baru dikeringkan. Subsiden dari lahan gambut yang dikonversikan menjadi perkebunan minyak sawit umumnya sekitar 5 sentimeter per tahun.
Kondisi itu akan menyebabkan kehancuran dari perkebunan minyak sawit dalam jangka panjang, sebagai hasil dari intrusi air laut. Jika permukaan laut dalam beberapa dekade ke depan, akibat perubahan iklim global juga terjadi, maka kemungkinan Rawa Gambut Tripa akan tenggelam pun semakin cepat.
“Saat ini ketinggian rata-rata rawa gambut ini sudah sama dengan permukaan laut. Berarti jika terus menurun 5 sentimeter, dalam 25 tahun ke depan akan turun sekitar 1,5 meter. Ini artinya rawa akan tenggelam dan hilang,” kata Hariyanti Nova.
Pembalakan di area konsesi ini umumnya dilakukan tidak oleh penduduk setempat. Para pekerja dibawa dari tempat lain, dengan upah kurang dari 100 dollar AS per bulan. M asyarakat lokal yang dipekerjakan di kompleks itu, umumnya diberikan pekerjaan dengan jenis pekerjaan untuk pekerja kurang terampil, yang juga berupah rendah.
Kondisi ini sebenarnya tidak memberikan mereka harapan untuk keluar dari kemiskinan. Sebaliknya, justru menjebak mereka dalam kerja kasar yang rendah upah, dan dengan mengambil alih hampir semua area lahan, kompleks itu secara langsung mencegah alternatif penggunaan lahan dan pilihan lain bagi pendapatan alternatif. Namun, sayangnya mereka tak mempunyai pilihan.  
Bahkan, banyak warga lokal yang terpaksa bekerja di lahan perkebunan di bekas lahan yang dulunya milik mereka. “Sebagian karena lahan itu sudah dijual ke perusahaan, sebagian lain karena lahan itu sudah di serobot perusahaan dengan dalih bagian dari HGU,” kata Suratman. (MOHAMAD BURHANUDIN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar