Merkuri Mengancam Aceh
Banda Aceh — Akademisi Unsyiah bidang lingkungan hidup, Dr. Abrar Muslim, Senin (21/11) mengatakan bahan berbahaya dan beracun seperti merkuri sedang dipakai dalam pengolahan emas di Aceh. Paling banyak digunakan di pertambangan emas yang dikelola secara tradisional oleh rakyat.
“Inilah yang sangat mengkhawatirkan,” kata Abrar saat menghadiri diskusi terkait berbagai persoalan pertambangan dan dampaknya bagi kelestarian lingkungan hidup di Kantor Walhi Aceh, pagi tadi. Ia menjelaskan hasil kajian yang dilakukan United Nations Environment Proggramme (UNEP) tahun 2008 menyebutkan ada 15 juta orang yang bekerja di pertambangan emas secara tradisional di 30 negara di dunia.
Jumlah orang yang bekerja itu telah menghasilkan 20 sampai 30 persen emas dunia dan sebanyak 1.000 ton merkuri yang telah dikonsumsi dan terlepas di lingkungan. “Data tersebut telah menunjukkan bahwa pencemaran terbesar merkuri nomor dua di dunia,” sebut Abrar dalam paparannya.
Indonesia pada tahun 2010 di Lampung, sedikitnya ada 202 orang yang terkena gejala keracunan akibat merkuri. “Saat ini di Aceh sangat mengkhawatirkan, apalagi masyarakat disekitar lokasi tambang rakyat banyak yang tidak tahu bahaya dari bahan beracun seperti merkuri, inilah yang akan menjadi ancaman di Aceh kedepan” pungkas Abrar.
Secara terpisah, Staff Advokasi Bapedal Aceh, Anggria Rossa mengatakan ada empat kabupaten yang air sungainya diduga rawan terhadap bahan berbahaya merkuri, yaitu di Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Sigli. “Dampaknya dari pengolahan emas secara tradisional yang menggunakan merkuri,” katanya saat menghadiri Workshop Jurnalisme Hijau di Hotel Pade beberapa hari yang lalu.
Kepala Bidang Pengawasan di DisperindagKop Aceh, Ruslan kepada The Globe Journal pernah mengatakan peredaran merkuri di Aceh tidak terpantau. Hingga saat ini belum ada satupun izin yang dikeluarkan untuk pengunaan merkuri di Aceh. "Jika ada yang mengunakan merkuri di Aceh baik skala kecil maupun skala besar berarti itu ilegal," kata Ruslan. Ia mengaku peredaran merkuri didatangkan dari luar Aceh dan lazim digunakan untuk pengolahan emas.
Disisi lain, Dosen Teknik Kimia, Unsyiah Abrar Muslim yang juga seorang pakar pengelolaan emas memunculkan teknologi baru bagaimana mengolah emas tanpa merkuri atau lebih dikenal dengan “Green Gold.” Menurutnya apapun bahan kimia pasti ada efeknya namun tidak berbahaya seperti merkuri.
Solusi pengolahan emas tanpa merkuri ini sudah dikaji di Laboratorium Unsyiah dan hasilnya sangat membantu pengunaan tanpa merkuri. “Seharusnya pola ini yang harus disosialisasikan kepada masyarakat di lokasi tambang secara tradisional,” demikian Abrar Muslim. [003]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar