Kamis, 03 November 2011

Peneliti Unsyiah Presentasikan Cara Olah Emas Tanpa Merkuri

Peneliti Unsyiah Presentasikan Cara Olah Emas Tanpa Merkuri
Alfan Raykhan Pane | The Globe Journal | Senin, 31 Oktober 2011
Link: http://www.theglobejournal.com/kategori/lingkungan/peneliti-unsyiah-presentasikan-cara-olah-emas-tanpa-merkuri.php
Banda Aceh - Peneliti bidang Kimia Analitik dan Tehnik Pemisahan, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Syiah Kuala, Elly Supriadi, M.Si, didampingi Sekretaris Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah, Dr. Mulyadi Ramli, M.Sc, mempresentasikan cara pengolahan emas tanpa memakai merkuri di ruangan jurusan kimia Unsyiah, Senin (31/10).

Elly Supriadi melalui tayangan slide in-focus kepada The Globe Journal, menjelaskan bahwa prinsip pemisahan mineral modern tetap berbasis konsentrat bukan banyaknya material (bahan mentah bebatuan yang mengandung emas-red), artinya saripati berupa konsentrat seperti halnya Crude Palm Oil (CPO) pada kelapa sawit.

"Terdapat beberapa tahapan seperti crushing atau penghancuran bahan kasar, pemisahan konsentrat, agitasi/ekstraksi, absorbsi emas dan proses terakhir yakni electrowinning, alat yang bisa menangkap atau memisahkan emas, perak dan tembaga sekaligus,"ujarnya bersemangat.

Metode pengolahan emas dengan menggunakan gelondongan beserta merkuri plus sianida, faktanya hanya menghasilkan emas 20 - 40%, sedangkan dengan metode non merkuri dan sianida ini bisa mencapai 95 %. "Meja Gravitasi Olah Nalar Alam Kehidupan" adalah nama alat yang digunakan penelitia, sedang diupayakan agar bisa dipatenkan menjadi nama alat pengolahan emas yang diklaim ramah lingkungan tersebut.

Guna menampilkan sisi cover both side terkait klaim hasil penelitian tersebut, The Globe Journal menghubungi Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh T.M. Zulfikar via handphone. T.M Zulfikar mengatakan terkait hasil penelitian tersebut, menurutnya sama sekali tidak tuntas karena tidak disebutkan apa bahan pengganti merkuri dalam proses pengolahan emas.

"Melalui seminar atau workshop dan ekpose secara massif di media perlu segera dilaksanakan,  bila memang benar penelitian tersebut mampu meniadakan merkuri dan sianida dalam proses pengolahan emas yang telah berabad-abad digunakan,"katanya.

Di dalam ruang presentasi yang sama, H. Hasbi Bustamam, SE mantan anggota DPR Provinsi Aceh periode 1999 - 2004 dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), kepada The Globe Journal mengatakan dirinya  ingin membuka usaha tambang kecil-kecilan. "Karena dalam 5 - 6 tahun ini, saya lihat Allat SWT telah memberi kemudahan Sumber Daya Alam bermacam mineral dan kandungan murni telah bermunculan di Aceh paska tsunami, apalagi proses pengolahan emas yang tadi disebutkan tanpa merkuri dan sianida,"pungkasnya

Sekilas Tentang Presentasi Merkuri
Sekedar fakta dan catatan yang disampaikan penelitian tersebut, diantaranya menyebutkan terjadi hari ini, di beberapa kabupaten seperti Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh, Barat dan Pidie, eksploitasi mineral khususnya emas dilakukan secara tidak terkendali terutama terkait dengan penggunaan merkuri atau air raksa sebagai material pemisah emas dari bijih emas. Penggunaan merkuri sebagai bahan utama untuk mendapatkan logam emas menjadi satu-satunya pilihan bagi pelaku tambang, karena pemangku kepentingan tidak pernah mencoba menawarkan pilihan lain yang lebih bijak, apalagi disertai dengan regulasi yang menguntungkan kita semua.

Sebagian masyarakat di Aceh mengkonsumsi air yang mengandung merkuri di atas ambang batas yang diperbolehkan, bahwa masyarakat sedang mengalami pembantaian secara tersembunyi. Sebagaimana hasil beberapa penelitian yang ditemukan bahwa air PDAM misalnya dari Aceh Jaya diberikan kepada hewan uji (mencit/tikus) pada hari pertama kebuntingan. Temuan penting dan mencengangkan diperoleh  bahwa pada hari ke-18, janin (fetus) mengalami cacat setelah mengkonsumsi air PDAM Aceh Jaya.

Kondisi yang hampir mirip dengan hasil penelitian juga akan terjadi pada tubuh manusia, katakanlah pada Ibu-ibu yang sedang hamil. Kalaupun masyarakat mengambil tidak mengkonsumsi air sungai atau PDAM, air sungai tetap akan mengalir ke laut dan akumulasi merkuri dalam setiap makhluk hidup akan terjadi, termasuk ikan dan biota laut yang sering dikonsumsi manusia.

" Apakah masyarakat Aceh Jaya dan sekitarnya juga tidak akan mengkonsumsi ikan dan produk perikanan lainnya? Bisa dikatakan hal itu menjadi sesuatu yang absurd. Kematian mendadak akibat mengkonsumsi merkuri juga bisa terjadi apabila merkuri yang awalnya berada dalam bentuk ion anorganik berubah menjadi merkuri organik, seperti metil merkuri dan etil merkuri (lihat tragedi Minamata)."

WHO (1976) melaporkan bahwa  awal dari efek toksik metilmerkuri terjadi ketika kadar dalam darah antara 200 — 500 ng/mL. Kadar dalam darah ini berkaitan dengan beban tubuh menanggung 30-50 mg merkuri per kg berat badan yang setara dengang asupan harian 3-7 mg/kg. Hal yang perlu dicatat bahwa kemunculan gejala keracunan merkuri dapat tertunda beberapa minggu atau bulan tergantung dari akumulasi senyawa merkuri dalam tubuh.

Menurut Yanuar (2004) Toksisitas kronik yang pernah terjadi adalah kasus keracunan di Irak, Minamata dan Niigata Jepang. Kasus toksisitas kronik di Jepang pertama kali dilaporkan pada Mei 1956 di daerah sekitar Teluk Minamata. Hingga akhir tahun 1956 pasien bertambah menjadi 52 orang termasuk 17 orang tewas. Di tahun 1957, penyakit yang tidak diketahui ini disebut penyakit Minamata. Di Irak, di awal 1970, lebih dari 6000 orang dirawat di rumah sakit dan 459 tewas karena mengkonsumsi roti yang dibuat dari tepung yang tercemar metilmerkuri yang berasal dari fungisida. Kadar merkuri dalam tepung saat itu berkisar 4,8-14,6 mg/g.

Bila penelitian ini bisa terbukti sehingga menepis keraguan kalangan aktivis lingkungan, tentunya stakeholder di Provinsi Aceh dan di kabupaten tempat berasalnya bahan baku logam mulia seperti Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Kabupaten Pidie dapat segera menindak lanjuti temuan ini. Agar merkuri dan sianida yang merupakan racun nomor dua dan tiga setelah Arsenik, yang telah menewaskan Aktivis HAM Munir di atas pesawat Garuda September 2004 lalu, tidak digunakan lagi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar