Kamis, 03 November 2011

Sambil Belajar, Bule Juga Ikut Tanam Mangrove

Sambil Belajar, Bule Juga Ikut Tanam Mangrove
Firman Hidayat | The Globe Journal | Minggu, 23 Oktober 2011
Link:http://www.theglobejournal.com/kategori/feature/sambil-belajar-bule-juga-ikut-tanam-mangrove.php
Tak terasa jarum jam sudah mengarah pukul 08.30 WIB. Sinaran matahari menyengat badan, bikin cucuran keringat berjatuhan sambil menunggu acara pembukaan penanaman batang manggrove di Lampaseh, yang direncanakan dibuka oleh Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, Minggu (23/10) pagi.

Namun hingga pukul 09.00 WIB lebih sedikit acara belum juga dimulai, padahal bule — bule (peserta Workshop Disaster Risk Management-red) dari 13 negara di dunia itu sudah mulai berdatangan ke lokasi. Cuma tinggal menunggu kedatangan pejabat penting dari unsur pemerintah saja.

Segerombolan paparazi asik memotret, aktifis LSM dan mahasiswa sedang ongkang-ongkang kaki menunggu pejabat dari pemerintah datang. Akhirnya panitia dari TDMRC dan Jaringan KuALA membuka acara kendatipun utusan perwakilan Gubernur Aceh, dalam hal ini Kepala Biro Ekonomi Setdaprov Aceh, T. Sofyan harus berdiri dibelakang.

Dibadan jalan, dibawah tenda yang berukuran 8x3 meter itu, satu persatu peserta dari 13 negara memperkenalkan dirinya masing-masing. Utusan dari negara dunia itu kagum dengan Aceh dan sangat senang berada di Aceh untuk melihat bagaimana orang-orang Aceh bangkit dari tsunami 7 tahun lalu.

Setelah perkenalan, T. Sofyan yang mewakili Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf akhirnya membuka secara resmi kegiatan penanaman ribuan manggrove di Desa Lampaseh Aceh. Hadir pada acara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Pembantu Rektor IV Unsyiah, Direktur Kerjasama Teknik Kementerian Luar Negeri, Direktur Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), Direktur Walhi Aceh, Sekjen Jaringan KuALA, para pegiat LSM lingkungan, GreeN Journalist dan tokoh-tokoh masyarakat.

Usai seremonial, peserta yang umumnya dari negara-negara berkembang itu langsung diarahkan ke lokasi penanaman bakau. Setiap peserta dibekali sepatu paco', topi dan sarung tangan hingga akhirnya bule’-bule’ dari negara sahabat itu turun ke areal tambak yang jaraknya hanya sekitar satu kilometer dari laut.

Berbecek-berbecek ria sambil tertawa-tawa dan bercanda, ada yang menjerit ketika sepatunya terbenam dalam lumpur. Mengundang tawa masyarakat yang sedang menonton.

Semuanya ikut melakukan penanaman manggrove yang dipandu oleh Arifsyah, mantan Sekjen Jaringan KuALA. Direktur Walhi Aceh, TM. Zulfikar juga berganti celana pendek turun tanpa sepatu, ikut menanam bakau. Alvisyahrin dari TDMRC juga ikut menanam. Direktur Kerjasama Teknik Kementerian Luar Negeri, Siti Nugraha Mauludiah juga turun dengan dibantu agar mudah bergerak dalam lumpur tebal dan nyaris mandi dengan lumpur.

Semua peserta sangat asyik menanam manggrove, dan paparazi juga ikut mengabadikan gambar seindah-indahnya.

Hari semakin panas, matahari perlahan bergerak naik, jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.55 WIB. Kegiatan penanaman secara simbolis itu juga berakhir. Kawan-kawan dari LSM lingkungan dan Jaringan KuALA termasuk juga Sahabat Laut akan melanjutkan penanaman hingga 5.000 batang manggrove ditanam di Desa Lampaseh Aceh dan Desa Alue Deah Teungoh Kota Banda Aceh.

Program ini merupakan kerjasama antara Kementerian Luar Negeri RI, Colombo Plan, TDMRC, Jaringan KuALA, Walhi Aceh, Yayasan Lamjabat, SaLUT, Repala, Mahasiwa Jurusan Kelautan dan Perikanan Unsyiah, Putroe GreeN, GreeN Journalist dan beberapa LSM pemerhati lingkungan lainnya.

Kepada wartawan, Direktur Kerjasama Teknik Kementrian Luar Negeri, Siti Nugraha Mauludiah mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan workshop diluar kelas, yaitu pembelajaran bagaimana mengenal dan menanam mangrove dengan baik.

Peserta dari 13 negara yang mengikuti International Workshop on Disaster Risk Management ini akan melihat bagaimana masyarakat Aceh bisa bangkit dari bencana tsunami tujuh tahun yang silam. Bule-bule itu juga akan mempelajari bagaimana pembangunan rehab dan rekon di Aceh bisa berjalan baik dan sudah dianggap sukses, apalagi masyarakatnya sudah bangkit dari keterpurukan.

Disisi lain, negara-negara yang diundang ke Aceh ini merupakan negara yang juga rawan dengan bencana. Para peserta dari 13 negara itu akan belajar bagaimana manajement pengurangan risiko bencana diterapkan di Aceh.

“Bagaimana mengembangkan TDMRC di Aceh untuk dibawa sebagai bagian pengembangan di negaranya masing-masing,” kata Kepala Divisi Profesional Services TDMRC, Alvisyahrin.

Lokakarya tersebut, rencananya akan dibuka oleh Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Andri Hadi pada tanggal 24 Oktober 2011, di Gedung Utama Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh. Asisten Ahli Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), Nirarta Samadhi, akan hadir dalam acara pembukaan dan menyampaikan keynote speech.

Melalui International Workshop on Disaster Risk Management ini, diharapkan para peserta dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai manajemen risiko bencana dan kesiapsiagaan bencana, serta saling memperkenalkan kearifan lokal dalam menghadapi ancaman bencana alam.

Terkait kegiatan ini, Indonesia akan terus menunjukan upaya dan berkomitmen meningkatkan kerjasama internasional melalui berbagi pengetahuan dan pengalamannya dalam menangani berbagai bentuk bencana alam kepada sesama negara berkembang sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi bencana serta mempercepat upaya pemulihan paska bencana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar