Kamis, 22 Desember 2011

Lahan Gambut Aceh Rusak, Kesepakatan Indonesia-Norwegia Terancam

Sabtu, 3 Desember 2011 12:20

Lahan Gambut Aceh Rusak, Kesepakatan Indonesia-Norwegia Terancam

Link:http://atjehpost.com/internasional/75-internasional/9678-lahan-gambut-aceh-rusak-kesepakatan-indonesia-norwegia-terancam.html
Thursday, 01 December 2011 20:28
Written by BLOOMBERG
NORWEGIA - Perjanjian senilai US$ 1 Miliar antara Indonesia dan Norwegia untuk menghentikan penghancuran lahan gambut dan hutan selama dua tahun kini terancam. Aliansi Ekosistem Iklim menyorot Aceh, sebuah provinsi dari negara Asia Tenggara, sebagai salah satu kawasan hutan yang telah dirusak.
Aliansi itu melalui email kepada Bloomberg juga menyebutkan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf telah setuju membiarkan perusahaan kelapa sawit PT Kallista Alam mengkonversi hutan rawa gambut yang dilindungi itu menjadi perkebunan.
"Kita sering melihat keadaan semacam ini bertentangan dengan hukum, para tersangka biasa seperti perusahaan melakukan penebangan untuk kepentingan kelapa sawit. Tapi kali ini, kekuasaan tertinggi di provinsi itu tampaknya akan melanggar moratorium," Peg Putt, seorang konsultan senior di Global Witness, sekelompok anggota aliansi, mengatakan dalam e-mail.
Disebutkan, pejabat yang memberikan izin tersebut melanggar perjanjian dengan Norwegia yang mulai diberlakukan pada Januari untuk melindungi hutan. Menurut kesepakatan, disepakati pada Mei 2010, Indonesia akan menangguhkan konsesi baru untuk perusahaan yang ingin mengkonversi hutan dan lahan gambut menjadi perkebunan selama dua tahun.
Perundingan iklim sedang berlangsung di Durban, Afrika Selatan untuk mengukir sebuah perjanjian untuk memperpanjang atau mengganti tahun 1997 Protokol Kyoto . Itulah upaya terpenting untuk membatasi emisi bahan bakar fosil yang disalahkan merusak atmosfer.
Disebutkan, kerusakan hutan bertanggung jawab sekitar 17 persen emisi global. Itulah sebabnya disepakati untuk untuk melindungi hutan.
Saat perjanjian ini dilakukan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapat pujian sebagai pemimpin yang mempunyai visi progresif untuk pembangunan rendah karbon.
"Perjanjian Indonesia-Norwegia bisa menjadi contoh fantastis bagi dunia, bagaimana negara maju dan negara berkembang bisa bekerja bersama-sama dalam melindungi hutan alam dan mengatasi perubahan iklim,” kata Bustar Maitar, Jurukampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara.
Namun, kini perjanjian itu mulai dipersoalkan, salah satu penyebabnya tak lain adalah kerusakan lahan gambut di Aceh yang diperuntukkan bagi kelapa sawit. | sumber: bloomberg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar