Senin, 30 April 2012


MedanBisnis – Banda Aceh. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh menyatakan, kerusakan daerah aliran sungai (DAS) di wilayah Aceh sudah mencapai 46,40%. Hal itu bedasarkan dari catatan Walhi Aceh sejak 2006 hingga saat ini.
“Kerusakan DAS mencapai 46,40% atau 714.724 hektare dari 1.524.624 hektare total luas DAS,” kata Direktur Eksekutif Walhi Aceh, Teuku Muhammad Zulfikar, kepada wartawan di Banda Aceh, Kamis (22/3).

Dikatakannya, kawasan DAS yang kritis terdapat di pantai timur Aceh, seperti DAS Peusangan yang merupakan wilayah sumber air bagi lima kabupaten/kota yakni Kabupaten Bireun, Aceh Utara, Bener Meriah dan Aceh Tengah.

Kerusakan tersebut diperkirakan rata-rata di atas 70%, untuk itu diperlukan partisipasi dari berbagai elemen masyarakat dan pemerintah setempat dalam menyelamatkan DAS tersebut.

Zulfikar juga menyatakan, Aceh merupakan DAS yang terluas di Indonesia, karena di propinsi ini terdapat 11 sungai besar, namun pada saat ini sumber-sumber air tersebut telah mengalami penurunan debit yang sangat signifikan.

“Penurunan tersebut dikarenakan banyaknya aktivitas yang dilakukan di hulu sungai, seperti penebangan liar, galian C, panambangan, serta kegiatan lain yang mengakibatkan menurunnya debit air sungai,”jelasnya.

Walhi juga mengungkapkan, ada beberapa kejadian dimana terdapat DAS yang rusak akibat pencemaran limbah pabrik, dan juga akibat semakin maraknya penambangan galian C yang tidak terkontrol, seperti kejadian di sepanjang DAS Kreung Aceh di Aceh Besar.

Ia juga menyebutkan, DAS di daerah ini rusak parah akibat maraknya galian C, sedangkan di Krueng Geukueh banyak ikan yang mati di sungai yang ada sekitar pabrik Pupuk Iskandar Muda (PIM), yang diduga akibat tercemar limbah pabrik.

“Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Air se Dunia ke-19 yang jatuh pada 22 Maret 2012, Walhi Aceh menyerukan kepada segenap komponen masyarakat dan pemerintah untuk segera mengambil langkah preventif dan proaktif menyelamatkan sumber air,” katanya.

Karena sumber air merupakan sumber kehidupan masyarakat dan makhluk hidup lainnya, masyarakat diajak menggalang kekuatan untuk penyelamatan lingkungan termasuk penyelamatan sumber daya air untuk penghidupan masyarakat dan ekosistem lainnya secara berkelanjutan.
“Yang bisa kita lakukan dan bisa berdampak besar adalah menghemat air, mengurangi kegiatan yang berdampak terhadap pencemaran air, serta berbagai aksi dan upaya penyelamatan hutan sebagai sumber kehidupan sekaligus sebagai sumber mata air, ”ucapnya lagi.

Kerusakan Hutan
Selain itu, Zulfikar memaparkan soal gangguan terhadap kelestarian hutan sebagai sumber air dan sumber penghidupan berbagai mahluk. Sepanjang tahun, tingkat kerusakan hutan akibat deforestasi dan degradasi lahan hutan juga semakin tinggi.

Berbagai catatan yang berhasil dihimpun Walhi Aceh, tingkat kerusakan hutan di daerah ini sepanjang tahun rata-rata 20.000 hingga 32.000 hektare, bahkan bisa lebih besar dari yang diperkirakan.

Banjir yang beberapa waktu terakhir kerap terjadi di banyak wilayah Aceh, diyakini terjadi karena tingkat kerusakan wilayah hulu berbagai DAS semakin tinggi. (dedi irawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar