Rabu, 25 April 2012

Banda Aceh, (Analisa). Beberapa bulan pasca banjir bandang yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie pada 10 Maret lalu, kini aksi penebangan hutan secara liar (Illegal Logging) kembali marak terjadi di kawasan yang telah luluh lantak itu. Jika ini terus berlanjut, masyarakat setempat mengkhawatirkan bencana yang lebih besar dari sebelumnya kembali akan terjadi di daerah pegunungan itu.
Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda penebangan liar akan dihentikan oknum tertentu untuk mencari keutungan pribadi, dan mengabaikan keselamatan masyarakat dari ancaman bencana.

M.Diah, seorang warga Desa Peunalom I, Kecamatan Tangse kepada Analisa Minggu (20/11) menyatakan, hampir tiap hari masyarakat dapat melihat kayu log hasil penebangan hutan dari atas gunung diangkut dengan menggunakan truk berukuran besar yang melintas di depan mata penduduk.

Hanya berselang beberapa bulan pasca banjir bandang kemarin, aksi penebangan liar kembali berlangsung disini. Sepertinya, bencana banjir yang terjadi bulan Maret lalu yang telah menelan belasan jiwa dan harta masyarakat belum cukup bagi oknum tertentu yang kembali menebang hutan..

Menurut warga tersebut, tiap hari terutama pada malam hari diangkut berkubik-kubik kayu hasil illegal logging. Kayu tersebut ditebang oleh segelintir masyarakat dan diturunkan dari gunung dengan dukungan oknum tertentu. Warga yang melihat hal itu, seolah tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah penebangan hutan yang marak lagi.

"Segelintir masyarakat yang menebang lagi kayu di hutan seolah tak pernah kapok dengan bencana banjir. Kalau ini terus berlangsung, maka tinggal menunggu waktu saja banjir bandang kembali menerjang, apalagi curah hujan cukup tinggi di kawasan Tangse belakangan ini," terangnya.

Warga setempat mengharapkan pihak terkait harus segera turun tangan untuk mencegahnya, seperti aparat Polisi Hutan (Polhut) atau Jagawana. "Tolong sayangi kami masyarakat Tangse, kalau sampai bencana kembali, kami tak kuat lagi," ungkapnya.

Sementara Walhi Aceh menyatakan, jika bencana banjir bandang di Tangse beberapa bulan lalu mengingatkan kita dan juga semua pihak, terutama pemerintah untuk lebih tanggap terhadap upaya pemulihan kondisi hutan. Selain melakukan peningkatan kelestarian hutan untuk kepentingan keseimbangan tata air dan lingkungan hidup, diharapkan pemerintah dapat lebih serius dalam mengupayakan pelestarian hutan. Namun kenyataannya upaya tersebut belum sebanding dengan proses perusakan yang terjadi.

Berbagai laporan dan informasi yang disampaikan banyak media yang mensinyalir terjadinya berbagai kasus illegal logging di wilayah tersebut. Ini artinya kinerja pengawasan petugas penjaga hutan di daerah pegunungan Tangse masih rendah.

Bencana serupa juga pernah terjadi di Kecamatan Tangse pada tahun 1985, yang menyebabkan sebagian besar kemukiman Beungga, Kecamatan Titeu Keumala serta 5 kecamatan disekitarnya terendam banjir, sejumlah penduduk meninggal dunia dan hancurnya berbagai fasilitas publik. (mhd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar