Deforestasi di Pidie dan Pijay Capai 400 Ha/Tahun
Link:http://atjehlink.com/deforestasi-di-pidie-dan-pijay-capai-400-hatahun/
Banda Aceh - Deforestasi
(pengrusakan hutan) di Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya
mencapai angka 400 hektar per-tahunnya. Hal tersebut diungkapkan Walhi
Aceh terkait dengan bencana
banjir bandang yang menimpa wilayah Tangse, Pidie. Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia (Walhi) Aceh juga mendesak pemerintah dapat dengan cepat
mengungkap pelaku di balik banjir bandang yang telah berulang kali
terjadi tersebut.
Menurut
Direktur Walhi Aceh, TM Zulfikar, Gubernur, Bupati dan pejabat terkait
lainnya harus segera memerintahkan aparatur penegak hukum untuk
melakukan penyelidikan pelaku illegal loging yang telah menghancurkan
hutan di wilayah Tangse dan Geumpang.
“Catatan
Walhi Aceh menunjukkan tingkat deforestasi hutan di wilayah Pidie dan
Pidie Jaya dalam lima tahun terakhir sudah cukup tinggi, yaitu mencapai
diatas 1000 hektare dan rata-rata bisa mencapai 200 hingga 400 hektar
per-tahunnya,” kata TM Zulfikar.
Menurut
TM Zulfikar, kerusakan ini bisa terjadi karena berbagai faktor,
diantaranya illegal loging, perambahan hutan, konservasi hutan menjadi
perkebunan dan juga akibat eksplorasi dan eksploitasi tambang yang
sangat marak di sana.
“Walhi
Aceh mendesak Pemerintah, termasuk Presiden RI, Gubernur Aceh, Bupati
dan jajaran dibawahnya untuk segera merehabilitasi lahan-lahan kritis di
hulu sungai sepanjang Daerah Aliran Sungai yang ada serta,” sebut
Zulfikar.
Selain
illegal loging, Walhi Aceh juga meminta pemerintah menghentikan seluruh
aktifitas pertambangan di hutan Geumpang dan Tangse serta memberikan
pelayanan publik secara baik kepada masyarakat yang rentan bencana.
“Jika
mungkin segera sediakan lokasi bagi masyarakat yang lebih aman dari
ancaman bencana. Jika hal ini tidak dilakukan segera, maka bencana
seperti ini akan menjadi sebuah rutinitas, sementara pelaku perusakan
lingkungan terus saja melakukan aksinya dan rakyat terus menerima dampak
akibat kejahatan mereka,” ujar Zulfikar.
Walhi
Aceh menganggap peran pemerintah belum tampak dalam pencegahan bencana
daerah rawan seperti Tangse dan Geumpang. “Sepertinya pemerintah tidak
berdaya melawan para pembalak liar dan penambangan yang berkedok untuk
meningkatkan PAD daerah,” kata Zulfikar. (MP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar